Selamat malam kamu, Ndut.
Sudah beberapa bulan tak ada lagi sapa dari mu setelah kau putuskan untuk benar-benar pergi karena menurutmu aku terlalu menyakiti mu, lagi dan lagi.
Maaf.. Hanya kata itu yang sanggup ku ucap. Mungkin memang benar aku telah menyakiti mu, menyakiti hati mu yang keras namun sangat tulus mencintaiku. Aku tahu aku perempuan bodoh yang tak pernah mensyukuri apa yang ada di hadapanku, yang telah diberikan lebih dari cukup. Diberi kamu...
Hampir 5 tahun kita menjalin hubungan, putus nyambung memang, sampai aku tak bisa berapa kali kita putus dan kembali lagi. Terlalu banyak mungkin. Banyak juga kenangan dan hari-hari yang tlah kita lalui bersama. Semua masih terekam jelas di ingatanku, pasti kamu juga begitu, bukan?
Apalagi kamu yang selalu dan selalu sabar dengan ku, mencintai ku segenap hatimu. Aku mungkin tak akan menemukan sosok sepertimu lagi di masa mendatang. Kamu sangat sabar dalam menghadapi aku yang katamu masih seperti anak kecil.
Maaf.. Maaf.. Sekali lagi aku minta maaf karena tak bisa menjadi yang kamu ingin. Jujur saja hari demi hari rasa sayang ku ke kamu malah berubah, tak semakin banyak tapi malah berkurang. Entah karena apa. Kamu selalu menyalahkan ku karena menurutmu aku masih saja memikirkan cinta pertama ku, masih mencari yang lebih sempurna darimu.Tapi tak semua yang kau katakan benar, Sayang. Ada hal yang tak kamu tahu. Orang tuaku.. Ya orang tua ku alasan sebenarnya kenapa aku semakin ragu, kenapa rasa ku berkurang.
Menurutmu pasti alasan klasik. Kamu pernah bilang jika kita saling cinta kita akan berjuang. Dulu memang aku berjuang, bertahun-tahun aku berjuang untuk hubungan kita (backstreet) tapi kurasa sia-sia saja. Hubungan kita tak lagi bisa seperti dulu, kamu berubah begitu juga aku. Dan mungkin ini memang jalan yang terbaik. Kamu juga pernah bilang suatu hari nanti kita tak akan dapat dipersatukan, entah kamu dapat wangsit darimana bisa bilang gitu. Aku hanya bisa tertawa menanggapinya.
Sekarang ini benar terjadi, hal yang kamu ucap benar terbukti. Kita tak lagi sejalan, mungkin juga tak lagi sehati. Untuk satu tahun terakhir ini kita terlalu memaksa untuk kembali lagi. Hasilnya tak ada sehari kita lalui tanpa berantem, kamu marah karena kesibukanku. Kamu marah karena aku tak pernah menuruti katamu. Kamu terlalu posesif, dan aku tak suka itu.
Ah sudah lah semua itu tlah berlalu. Aku berharap kamu bisa menemukan yang lebih baik daripada aku, atau mungkin kamu akan berbalik dan menemukan mantanmu yang sepertinya masih saja mencintaimu jauh di sana.
Terima kasih untuk 5 tahun terakhir ini, untuk semua kenangannya. Untuk semua hal yang aku lakukan pertama kali bersamamu, kamu yang mengajari ku arti pengorbanan, kesetiaan. Kamu juga yang membuka mata ku kalau ternyata dunia ini masih luas, tak hanya sebatas hidupku, lingkungan ku.
Terima kasih.. Dan maaf karena aku sering membuang air mata mu. Aku yakin kamu baik-baik saja di sana tanpa aku.
Dari orang yang telah menghabiskan kesabaranmu,
O.E.P
"Tulisan ini diikut sertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara."
@Gramedia