Toko
buku, tempat yang biasa aku kunjungi kala hati ku gundah. Entah kenapa ketika
berasa di antara ribuan buku rasa tenang itu muncul kembali. Dan ketika aku
lagi asik baca salah satu buku, tiba-tiba ada suara yang sangat ku kenal
menyapa.
“Fay?”
sapanya dengan senyum khas yang tak pernah berubah
“Za?”
jawab ku kaget
“Bagaimana
kabarmu lama tak jumpa sekarang sudah berhijab ternyata, tambah cantik” goda
Reza
“Alhamdulillah”
balasku singkat.
Mimpikah
aku? Tanya ku dalam hati. Sosok yang ku damba semasa putih abu-abu sekarang
berada dihadapan ku. Sosok yang membuat ku mengunci pintu hati untuk setiap
lelaki yang mendekat. Yang membuatku hampir gila karena sikapnya. Kini berada
di hadapanku setelah bertahun-tahun tak bertemu.
“Fay?
Kamu ngalamun ya? Atau masih kesengsem sama aku?” godanya lagi
“Ha?
Enggak lah pede mu masih aja ya gak berubah dari dulu” jawabku
“Hehe,
Fay aku mau jujur sama kamu. Maaf untuk hari itu karena aku telah menolakmu. Dan
perpisahan kelulusan kita, aku baru sadar kalau hari-hari ku sepi tanpa kamu. Kamu
yang selalu membantu ku, yang mewarnai hariku. Aku menyukai mu Fay. Mungkin aku
memang bodoh telah membuat kamu menunggu hal yang tak pasti. Tapi jika diberi
kesempatan aku ingin menjadi imamu” ujar Reza dengan suara bergetar
“Aku
memang dulu menyukai mu,bahkan hampir gila karena mu. Aku masih mengingat tiap
kenangan kita dulu, kenangan cinta sepihakku…” belum sempat aku meneruskan
kataku ada sosok lelaki mendekat.
“Mi..
kamu di sini rupanya dari tadi aku mencarimu” suara Rama menghentikan
permbicaraanku
“Eh
iya Bi, maaf tadi asik baca di sini” jawabku
“Oh
iya kenalkan Za ini suamiku, Rama”